Pembelajaran ABK

Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) secara umum sama dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas umum. Namun demikian, dalam kegiatan pembelajarannya di samping menerapkan prinsip-prinsip umum juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan peserta didik.
Kegiatan pembelajaran bagi ABK akan berbeda baik dalam strategi, kegiatan, media, dan metode. Dalam hal guru hendaknya dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelas yang bersangkutan termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.  

Anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) merupakan anak-anak yang harus lebih banyak mendapatkan perhatian khusus. Begitu pula sistem layanan pembelajarannya, seorang guru harus mengetahui karakteristik setiap anak.
Pengajaran yang diberikan pada ABK paling tidak memiliki tujuan untuk optimalisasi ABK dengan tuntutan program pendidikan mereka, disamping sejalan dengan kurikulum pendidikan nasional. Namun demikian dalam pelaksanaan kurikulum tentu diperlukan modifikasi guna mempermudah memberikan layanan pendidikan pada ABK.

Ada beberapa sistem pembelajaran yang dapat dilakukan pada ABK, diantaranya :
1.  Pembelajaran Individual, pembelajaran ini dilakukan bagi ABK yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata dan tidak mampu untuk mengikuti pembelajaran dengan menerapkan kurikulum yang standar.
2.  Pembelajaran Akselerasi, pembelajaran ini diterapkan bagi ABK yang memiliki tingkat kecerdasan istimewa dan memiliki prestasi yang luar biasa.
3.  Pembelajaran Remediasi, pembelajaran ini diberikan pada ABK ketika mengikuti KBM mengalami pembiasa atau ketidakjelasan  terhadap materi yang disampaikan oleh seorang guru.
4.  Pembelajaran dengan Pengayaan, pembelajaran ini diberikan kepada semua ABK dalam rangka memperluas wawasan, pengalaman, dan daya berfikir ABK yang sesuai dengan program pembelajaran mereka.
5.  Pembelajaran Motorik Halus, pembelajaran ini diberikan bagi ABK yang mengalami kesulitan pada hal-hal yang berhubungan dengan gerak anggota badan seperti menulis, menggambar dsb.

Proses belajar mengajar menurut Hallahan dan Kauffman (2006) bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam membantu partisipasi peserta didik berkebutuhan khusus dilingkungan sekolah reguler adalah akomodasi dan adaptasi yang efektif, serta modifikasi dalam pengajaran dan asessmen bagi peserta didik berkebutuhan khusus termasuk pengajaran / pemberian instruksi yang efektif.
Hambatan belajar dapat berasal dari kesulitan menentukan strategi belajar dan metode belajar lainnya sebagai akibat dari faktor-faktor biologis, psikologis, lingkungan, atau gabungan dari beberapa faktor tersebut. Sebagai contoh gangguan sensoris seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran, merupakan hambatan dalam memperoleh masukan informasi dari luar. Disfungsi minimal otak mungkin akan berakibat yang cukup serius terhadap konsentrasi.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas tertentu mungkin berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas yang lain. Pada model Kelas Reguler, bahan belajar antara anak luar biasa dengan anak normal mungkin tidak berbeda secara signifikan; namun pada model Kelas Reguler dengan Cluster, bahan belajar antara siswa luar biasa dengan siswa normal biasanya tidak sama, bahkan antara sesama siswa luar biasa pun dapat berbeda.