ABK Tunanetra


Anak dengan  gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan  khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
Layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang tunanetra total, dan bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar. Di samping itu diperlukan latihan orientasi dan mobilitas.
Untuk mengenali mereka, kita dapat melihat  ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.
b.   Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
c.    Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
d.   Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan,
e.    Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering. 
f.       Tidak mampu melihat.
g.    Peradangan hebat pada kedua bola mata,
h.   Mata bergoyang terus

Anak dengan gangguan penglihatan dapat juga dikelompokkan berdasarkan:
a.    Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan, anak tunanetra    dapat    dibagi menjadi:
1)       Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70 artinya anak tunanetra melihat dari jarak 20  feet (6 meter) sedangkan orang normal dari jarak 70 feet (21 meter). Mereka digolongkan ke dalam low vision (keterbatasan penglihatan)
2)       Mampu membaca huruf paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet [acuity 20/200–legal blind] dikategorikan tunanetra total. Ini berarti anak tunanetra melihat huruf E dari jarak 6 meter, sedangkan anak normal dari jarak 60 meter.

b.   Anak dengan keterbatasan penglihatan (low vision)
Karakteristik anak yang memiliki keterbatasan penglihatan (low vision):
1)      Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak.
2)      Menghitung jari dari berbagai jarak.
3)      Tidak mengenal tangan yang digerakan.

c.    Kelompok yang mengalami keterbatasan penglihatan berat [tunanetra total:
1)      Mempunyai persepsi cahaya [light perception)
2)      Tidak memiliki persepsi cahaya [ no light perception ]

d.   Dalam perspektif  pendidikan, tunanetra dikelompokan menjadi:
1)      Mereka yang mampu membaca huruf cetak standar.
2)      Mampu membaca huruf cetak standar, tetapi dengan bantuan kaca pembesar.
3)      Mampu membaca huruf cetak dalam ukuran besar [ukuran huruf  no. 18.].
4)      Mampu membaca huruf cetak secara kombinasi, cetakan reguler, dan cetakan besar.
5)      Menggunakan huruf Braille tetapi masih bisa melihat cahaya.

  Keterbatasan anak tunanetra:
a.    Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru.
b.   Keterbatasan dalam berinteraksi dalam lingkungan.
c.    Keterbatasan dalam mobilitas.

Kebutuhan pembelajaran anak tunanetra     
Karena keterbatasan anak tunanetra seperti tersebut di atas maka pembelajaran bagi mereka mengacu pada prinsif- prinsif sebagai beikut:
a.    Kebutuhan akan pengalaman konkrit.
b.   Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi.
c.    Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja dalam belajar

Media belajar anak tunanetra dikelompokan menjadi dua yaitu:
a.    Kelompok tunanetra total dengan media baca tulis huruf Braille.
b.   Kelompok low vision dengan media baca tulis biasa  yang diperbesar [misalnya hurup diperbesar dan menggunakan alat pembesar].