Kisah Teladan Nabi Ibrahim a.s.

Inti Pendidikan Agama merupakan upaya untuk meningkatkan potensi spiritual anak. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan pada tahun 2295 S.M. di Fadam A'ram (wilayah kerajaan Babilonia/Irak). Azar bin Tahur ayah dari Nabi Ibraham bekerja sebagai pemahat patung untuk kerajaan. Nabi Ibrahim dilahirkan pada saat wilayah kerajaan Babilonia kurang aman karena setiap ada bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh, sehingga Nabi Ibrahim disembunyikan oleh orang tuanya di dalam gua. Raja yang memerintah saat itu adalah Raja Namrud yang terkenal bengis dan kejam.
Mu'jizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Ibrahim saat kecil adalah jari-jari Nabi Ibrahim dapat mengeluarkan madu dan susu.

Mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, merupakan sebuah ujian dari Allah SWT, sekaligus perjuangan berat  Nabi Ibrahim a.s. yang diperintah oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril untuk mengurbankan anaknya. Peristiwa itu harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang menunjukkan ketakwaan, keikhlasan, dan kepasrahan seorang Ibrahim terhadap perintah-NYA.
Bagi Ali Syari’ati (1997), ritual kurban bukan cuma bermakna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus juga merupakan pendekatan diri kepada sesama, terutama mereka yang hidupnya berada pada garis kemiskinan. Bila kita diberikan kenikmatan, maka kita wajib berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila kita berpuasa, kita akan dapat merasakan lapar seperti mereka yang hidupnya bergelimang kemiskinan. Ibadah kurban juga mengajak bagi kaum muslim yang mustadh’afiin untuk merasakan apa yang dirasakan oleh para du'afa'.
Atas dasar itulah, peringatan Idul Adha dan penyembelihan kurban memiliki tiga makna penting sekaligus. Pertama, makna ketakwaan manusia atas perintah sang Khalik. Kurban adalah simbol penyerahan diri manusia secara utuh kepada sang pencipta, sekalipun dalam bentuk pengurbanan seorang anak yang sangat kita kasihi.

Kedua, makna sosial Rasulullah bermaksud mendidik umatnya agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Kurban adalah sesuatu yang disiapkan untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosial itu kemsyarakatan.
Ketiga, bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki sesuai dengan tatanan Islam sebagai agama yang sempurna.
Maka sudah saatnya kita berusaha menegakkan solidaritas dan keadilan sosial di tengah-tengah kehidupan umat manusia yang kian individual, pragmatis, dan menghamba pada materi.
Sebagai bentuk tanggung sebuah institusi pendidikan SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang mengemas nilai-nilai tersebut dalam sebuah kegiatan penyembelihan qurban dengan melibatkan masyarakat sekitarnya.